Kita tentu pernah mendengar istilah ‘tamu tak diundang’. Mereka bisa jadi, tukang kredit, penagih hutang, atau cuma seorang teman yang biasa meminjam uang. “Bapak tidak ada di rumah,” atau “Bapak sedang istirahat” adalah basa-basi yang biasa terlontar lewat pembantu atau anak kita kepada mereka yang mungkin masih berdiri di luar pagar. Jika di kantor, sekretaris atau resepsionis akan berkata sopan, “Bapak sedang keluar kantor”, bila yang datang adalah tamu atau klien yang tidak diharapkan. Intinya, sikap dan pelayanan yang diberikan oleh seorang tuan rumah akan tergantung siapa dan tujuan apa yang dibawa oleh tamunya. Ia bisa saja menerima dengan tulus dan senang hati, menunda dan memintanya menunggu beberapa saat agar kita bisa bersiap dan berbenah, atau menolak kedatangannya, bila perlu dengan bantuan Satpam.
Tamu. Siapapun dia, adalah mereka yang pasti berniat atau mempunyai kepentingan tertentu dengan kita. Yang paling sederhana adalah sekedar bersilaturahim dan menyambung-eratkan hubungan persaudaraan. Semestinya, sebagai tuan rumah yang baik kita menyambutnya dengan hati yang senang, dan tak memperlihatkan ketidaksukaan, menutupi ketidaksiapan dalam penerimaannya.
Sejak kecil, bahkan sejak baru terlahir, seorang manusia sudah terbiasa menerima tamu. Bisa jadi, hampir setiap hari tamu tak henti-hentinya mengetuk pintu rumah. Khabar yang dibawa tentu bermacam-macam, sekali lagi, bisa hal baik atau hal buruk, sesuatu yang sudah biasa didengar, atau mungkin berita yang mengejutkan dan tidak disangka-sangka. Jadi, adalah hal biasa kita mendengar ketukan di pintu rumah untuk menerima kedatangan tamu.
0 komentar:
Posting Komentar